Town Hall Meeting 2025 BM 400 Soroti Kepemimpinan Transformatif Berbasis Nasionalisme-1

Town Hall Meeting 2025 BM 400 Soroti Kepemimpinan Transformatif Berbasis Nasionalisme

Jakarta — Di tengah arus deras globalisasi dan disrupsi teknologi yang kian tak terbendung, Yayasan Badan Kerjasama Pendidikan (YBKSP) Bakti Mulya 400 meneguhkan langkah strategisnya dalam menata masa depan pendidikan nasional. Lewat gelaran Town Hall Meeting 2025 yang berlangsung Senin (23/6) di Auditorium SMP Bakti Mulya 400 Jakarta, yayasan ini mengajak ratusan guru dan tenaga kependidikan dari TK hingga SMA untuk kembali pada akar: menjadi pemimpin pembelajaran yang transformatif, berdaya saing global, dan menjunjung nilai-nilai kebangsaan.

Mengangkat tema “Embodying Transformative Leadership Towards Nationalism-Based and Global Standard Education,” forum ini dirancang bukan sekadar rutinitas tahunan, tetapi sebagai momentum konsolidasi visi dan nilai bersama para pendidik di bawah naungan YBKSP Bakti Mulya 400.  Dari pelantikan pimpinan baru hingga sesi diskusi mendalam oleh tokoh-tokoh nasional, perhelatan ini menjadi cermin dari sebuah gerakan intelektual dan moral dalam tubuh institusi pendidikan.

Menjadi Pemimpin Zaman Baru

Dr. H. Sutrisno Muslimin, M.Si., Ketua Pelaksana Harian YBKSP BM400 dalam sambutannya menyampaikan bahwa, “Guru adalah pemimpin perubahan. Mereka dituntut untuk cakap, berjiwa nasionalis, dan mampu memandu anak-anak kita di tengah turbulensi zaman.”

Sutrisno juga menegaskan visi besar yayasan dalam pengembangan jangka panjang. “Kami menargetkan akan ada 400 sekolah Bakti Mulya di seluruh Indonesia. Karena hanya dengan memperluas keberadaan, sekolah BM dapat berkontribusi lebih besar bagi masa depan bangsa ini,” ujarnya disambut tepuk tangan peserta.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa pembangunan pendidikan tidak cukup hanya dengan mutu, tetapi juga dengan skala. Ekspansi menjadi alat untuk memperluas pengaruh nilai dan kualitas pendidikan Bakti Mulya ke seluruh pelosok negeri.

Dalam sesi pertama bertajuk “Empowering Future Educators: Skills to Lead in 2030 and Beyond,” narasumber Dr. Drg. Muh. Arief Rosyid, M.KM. membedah kompleksitas kompetensi yang harus dimiliki guru masa depan.

“Guru adalah arsitek masa depan bangsa,” tegas Arief. “Ia harus menjadi pemimpin yang transformatif—mampu membaca arah zaman, berani mengambil inisiatif, dan membimbing siswa dengan kasih serta visi.”

Diskusi ini mengulik keterampilan abad ke-21 yang kini tak lagi bersifat opsional, melainkan menjadi bagian tak terpisahkan dari praktik pembelajaran yang relevan dan efektif. Tak heran, topik seperti literasi AI, global awareness, lifelong learning, hingga kemampuan berkolaborasi lintas budaya menjadi sorotan penting.

Membumikan Nasionalisme di Ruang Kelas

Jika sesi pertama membahas kemampuan teknologis dan pedagogis, maka sesi kedua hadir sebagai jantung nilai acara. Dalam diskusi “Strengthening National Values in Teacher Leadership Practices,” Prof. Dr. Laode Masihu Kamaluddin, MSc, M.Eng. mengajak peserta merefleksikan kembali esensi nasionalisme dalam praktik pendidikan.

Menurut Laode, inti dari pembelajaran yang bermakna adalah “trust”—kepercayaan antara guru dan siswa yang menjadi fondasi dalam membentuk masyarakat masa depan. “Kita sedang menuju super smart society. Tapi tak ada teknologi yang bisa menggantikan makna kepercayaan,” ungkapnya penuh penekanan.

Ia menambahkan, pembelajaran yang baik bukan sekadar tentang konten, tetapi tentang karakter dan kepercayaan yang dibangun secara terus-menerus. “Hari ini adalah cerminan masa depan,” tuturnya. “Apa yang guru tanam hari ini akan mempengaruhi arah bangsa dalam 20 hingga 30 tahun ke depan.”

Baca juga : Prof. Laode Kamaluddin: Nilai Bangsa dan Kepemimpinan Pendidikan yang Berakar

Melalui pendekatan naratif dan contoh konkret, Prof. Laode menekankan bahwa guru bukan hanya penjaga tradisi, tetapi juga penjembatan antara lokalitas dan dunia. Siswa yang mengenal budaya dan sejarah bangsanya akan lebih siap bersaing di ranah global tanpa kehilangan identitas.

Konsolidasi Lintas Unit dan Arah Strategis Yayasan

Town Hall Meeting 2025 juga menjadi panggung konsolidasi internal yayasan. Dalam sesi pelantikan, para pimpinan unit baru dari TK, SD, SMP, dan SMA Bakti Mulya 400 resmi dikukuhkan. Momentum ini menjadi penanda regenerasi kepemimpinan dalam semangat kolaborasi dan keberlanjutan.

Kegiatan ini tak hanya berbicara soal gagasan besar dan arah strategis, selain itu juga memberi ruang bagi ekspresi seni dan hiburan sebagai bagian dari keseimbangan dalam dunia pendidikan. Penampilan seni dari para guru menutup sesi makan siang dengan semarak.

Dengan spirit transformatif yang mengakar pada nasionalisme dan menyentuh standar global, Town Hall Meeting 2025 adalah manifestasi dari komitmen kolektif untuk membangun Indonesia dari ruang kelas—dengan hati, nalar, dan nilai.

Prof Laode Kamaluddin Nilai Bangsa dan Kepemimpinan Pendidikan yang Berakar-1

Prof. Laode Kamaluddin: Nilai Bangsa dan Kepemimpinan Pendidikan yang Berakar

JAKARTA — Dalam auditorium Sekolah Bakti Mulya 400 yang dipenuhi para pendidik sekolah tersebut, Senin 23 Juni 2024, sebuah wacana penting tentang arah pendidikan bangsa mengemuka. Prof. Dr. Laode M. Kamaluddin, Rektor Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), membuka cakrawala berpikir para pendidik melalui satu gagasan utama: membangun kepemimpinan guru dengan fondasi nilai-nilai nasional, kepercayaan, dan pemahaman akan transformasi zaman.

Karakter, Tradisi, dan Etika: Pilar Nilai Bangsa

Laode memulai dengan mengajak para guru dan kepala sekolah kembali ke akar. Ia menegaskan bahwa national value—nilai-nilai bangsa Indonesia—adalah fondasi utama dalam merancang arah pendidikan masa depan. Tiga pilar utama yang ia sorot adalah karakter, tradisi, dan etika.

Karakter, menurutnya, adalah kekuatan moral yang membentuk integritas guru dan peserta didik. Tradisi adalah jembatan peradaban yang menghubungkan warisan leluhur dengan tantangan kekinian. Sedangkan etika, adalah bingkai perilaku dalam masyarakat yang terus bergerak.

“Karakter itu bukan ajaran tambahan. Itu inti dari pendidikan,” katanya tegas. Tradisi dan etika, lanjutnya, bukan penghambat inovasi, tapi pemandu agar perubahan tidak kehilangan arah.

Ia mengingatkan bahwa pendidikan Indonesia memiliki tujuh sumber nilai utama: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, gotong royong, penghormatan terhadap budaya dan tradisi lokal, keadilan, kemanusiaan, serta toleransi dan kerukunan. “Nilai-nilai inilah yang menjadikan pendidikan kita memiliki ruh kebangsaan,” ucapnya.

Kepemimpinan Guru dan Filosofi Kepercayaan

Di bagian tengah paparannya, Laode menyoroti pentingnya teacher leadership. Tapi ia menyodorkan definisi yang tidak biasa. “Kepemimpinan guru adalah seni memengaruhi tanpa membuat orang merasa dipengaruhi,” ungkapnya.

Bagi Laode, inti dari kepemimpinan guru adalah trust—kepercayaan. Tanpa itu, komunikasi akan rapuh, informasi tak lagi bermakna, dan kepemimpinan kehilangan daya geraknya. Dalam struktur sekolah, trust membentuk ekosistem: antara guru dan murid, antar sesama guru, serta antara guru dengan orang tua dan masyarakat.

Ia menyebut model High Performance Leadership dalam pendidikan yang bertumpu pada tiga pilar: kualitas komunikasi, kualitas informasi, dan kualitas kepemimpinan. “Ketiganya saling memperkuat dalam atmosfer kepercayaan,” katanya. “Kalau tidak ada trust, tak akan ada transformasi.”

Dari Filsafat Analog ke Filsafat Digital

Sesi menjadi lebih reflektif ketika Laode membahas perubahan mendasar dalam cara berpikir generasi hari ini. Ia menyebut bahwa pendidikan tidak hanya bergeser dalam metode, tapi juga dalam kerangka epistemologis: dari filsafat analog ke filsafat digital.

“Generasi analog berpikir kontinu—bertahap, linear, terstruktur. Sedangkan generasi digital bersifat diskontinu—cepat, acak, dan multitasking,” jelasnya.

Perubahan ini membawa tantangan besar bagi dunia pendidikan. Guru tidak cukup hanya memahami kurikulum. Mereka harus memahami cara berpikir baru, dunia baru, dan cara belajar yang sangat berbeda dari masa lalu. “Jika kita masih mengajar dengan filosofi analog di hadapan anak-anak digital, kita sedang menanam benih yang tak akan tumbuh.”

Di sinilah nilai-nilai bangsa menjadi jangkar. Tradisi dan karakter menjadi penyeimbang dari kecepatan digitalisasi. Etika menjadi pelindung agar teknologi tidak menjadi senjata yang menusuk keadaban.

Pendidikan dan Teknologi: Kecanggihan yang Bernurani

Laode tidak menolak kemajuan. Sebaliknya, ia menyambutnya dengan konsep yang ia rumuskan sendiri: ABC + BEM—Artificial Intelligence, Big Data, Connectivity ditambah Blockchain, Ethics, dan Moral values. “Teknologi membentuk masa depan, tapi manusialah yang menentukan arahnya,” tegasnya, mengutip pandangannya sejak 2020.

Baca juga : Arief Rosyid: Guru Sebagai Arsitek Masa Depan Bangsa

Ia menyoroti bahwa pendidikan ke depan harus menjangkau wilayah yang selama ini tidak tersentuh: daerah 3T, kelompok marginal, dan anak-anak yang belum terlibat dalam ekosistem digital. “Reaching the Unreachable,” katanya, adalah misi mulia yang seharusnya menjadi prioritas bangsa.

Penutup: Merancang Masa Depan yang Bernilai

Saat sesi ditutup, suasana auditorium menjadi hening. Para pendidik yang hadir tak hanya diajak berpikir, tapi juga diajak merasa—merasakan pentingnya peran mereka dalam mendidik bangsa di tengah pergeseran besar dunia.

“Jangan jadikan hari ini sebagai cermin masa lalu,” Laode mengingatkan. “Jadikan ia sebagai cermin masa depan. Karena dari tangan-tangan guru hari ini, nasib masa depan bangsa akan ditentukan.”

Arief Rosyid Guru Sebagai Arsitek Masa Depan Bangsa-2

Arief Rosyid: Guru Sebagai Arsitek Masa Depan Bangsa

Jakarta, 23 Juni 2025 — Dalam lanskap dunia yang terus berubah, satu hal tetap menjadi fondasi utama kemajuan peradaban: pendidikan. Dan di jantung pendidikan, berdiri sosok guru—bukan sekadar pengajar, melainkan pemimpin transformasi.

Itulah pesan kuat yang digaungkan Dr. drg. M. Arief Rosyid Hasan dalam Town Hall Meeting bertajuk “Pengajar di Masa Depan: Kepemimpinan, Artificial Intelligence, dan Nasionalisme”, yang digelar di Auditorium Bakti Mulya 400 Jakarta yang diikuti guru dan pimpinan Sekolah Bakti Mulya 400 Jakarta dan Cibubur.

Dengan gaya tutur tenang namun menggedor kesadaran, Arief mengajak para pendidik menatap masa depan dengan satu visi: menjadikan guru sebagai arsitek masa depan bangsa. “Guru bukan sekadar pengajar, melainkan pemimpin perubahan. Mereka menanam benih masa depan di kelas, hari ini,” ujar Arief membuka paparannya.

Menjadi Pemimpin Transformatif

Dalam pemaparannya, Arief menekankan pentingnya guru mengadopsi kepemimpinan transformatif—yakni tipe pemimpin yang bukan hanya memimpin dari depan, tetapi hadir sebagai inspirasi, pemberi makna, motivator, sekaligus penyokong. “Guru masa depan harus mampu menyentuh sisi terdalam anak-anak: harapan, emosi, dan keberanian untuk bermimpi,” ujarnya.

Kepemimpinan transformatif menuntut guru untuk memimpin dengan visi, memberi keteladanan, membangun relasi personal, dan menyemangati murid bukan karena kewajiban, melainkan karena cinta. “Ketika guru hadir bukan sekadar mengajar, melainkan mendampingi dan mendorong anak-anak melampaui batas dirinya, saat itulah kepemimpinan sejati lahir di kelas,” ucap Arief.

Transformasi bukanlah proyek sesaat, melainkan proses panjang yang menuntut konsistensi karakter dan ketekunan hati. Guru yang transformatif tidak hanya menjelaskan materi, tetapi memekarkan potensi. Tidak hanya memberi tahu, tetapi menggerakkan.

Tak hanya menyoroti peran individu guru, Arief juga menegaskan pentingnya menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar—yakni institusi yang tak henti belajar, beradaptasi, dan memperbarui diri.

Mengajar dengan Jiwa, Mendidik dengan Visi

Arief menggambarkan masa depan guru sebagai “pembelajar seumur hidup yang membentuk pembelajar seumur hidup.” Dalam paparan strategisnya, ia menekankan perlunya kombinasi antara kecerdasan digital dan ketajaman nilai.

Arief memetakan setidaknya enam keterampilan utama yang harus dimiliki pengajar masa depan:

  1. Transformational Thinking
    Kemampuan melihat pembelajaran sebagai proses perubahan, bukan sekadar transfer pengetahuan.
  2. Emotional Intelligence & Empathy
    Guru harus menjadi manusia utuh yang memahami dimensi emosional siswa di era yang penuh tekanan mental.
  3. Digital Pedagogy
    Penguasaan teknologi bukan opsional, melainkan prasyarat untuk relevansi.
  4. Global Competence with National Soul
    Memiliki wawasan dunia tanpa kehilangan identitas keindonesiaan.
  5. Leadership & Coaching Skill
    Guru adalah coach yang memampukan, bukan pelatih yang mengatur-atur.
  6. Interdisciplinary Mindset
    Dunia nyata tidak mengenal sekat mata pelajaran; guru masa depan harus berpikir lintas bidang.

Arief memuji praktik baik yang dilakukan komunitas seperti 1000 Guru, yang menjadi bukti bahwa semangat transformasi pendidikan bisa lahir dari mana saja—dari pegunungan Papua hingga sudut-sudut kota. Ia juga mengangkat contoh dosen dan guru muda yang aktif di media sosial, menjembatani ilmu dan masyarakat melalui format Instagram, TikTok edukatif, dan webinar.

Bonus Demografi dan Peran Strategis Guru

Di penghujung paparannya, Arief mengingatkan satu realitas penting: bonus demografi Indonesia yang akan mencapai puncaknya dalam dua dekade ke depan. “Kita sedang berada di tengah jendela peluang sejarah,” katanya. “Jika kita menyiapkan generasi muda dengan baik, bangsa ini akan melesat. Jika tidak, ia bisa menjadi beban sosial yang meledak.”

Baca juga : Yudi Latif di Forum Headmaster Academy Indonesia: Pendidikan adalah Proses Menjadi Manusia Seutuhnya

Dalam konteks ini, guru bukan hanya pencetak nilai ujian, melainkan penentu arah sejarah. Mereka yang hari ini membimbing murid membaca dan berpikir kritis, sejatinya sedang mempersiapkan pemimpin masa depan negeri.

“Guru adalah arsitek tak bernama dalam naskah besar bangsa. Tak tampak di panggung sejarah, tetapi fondasinya ditopang oleh tangan mereka,” ucap Arief, dengan mata menyapu seluruh guru yang menyimak.

Lima Pilar Kesiapan Sekolah BM 400 Cibubur-3

Lima Pilar Kesiapan Sekolah BM 400 Cibubur

Cibubur, 24 Mei 2025 — Dengan penuh rasa syukur dan semangat membara, Sekolah Bakti Mulya 400 hari ini secara resmi membuka lembaran baru dalam perjalanan pendidikannya dengan meresmikan Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur. Acara monumental ini dihadiri oleh dua tokoh nasional yang menjadi inspirasi dalam dunia pendidikan dan kebangsaan: Prof. Dr. Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, serta Dr. Ace Hasan Syadzily, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia.

Dalam sambutannya yang penuh semangat dan keyakinan, Dr. Sutrisno Muslimin, Ketua Pelaksana Harian Sekolah Bakti Mulya 400, menyampaikan bahwa peresmian ini bukan sekadar seremoni biasa. Ini adalah penanda kesiapan nyata dari Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur untuk melaksanakan pendidikan unggul yang akan dimulai pada Juli 2025.

“Alhamdulillah hari ini kita meresmikan sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur. Kami berani meresmikan dan mengundang dua tokoh nasional karena kami yakin: sekolah ini siap! Siap dari sisi program, fasilitas, SDM, dan peserta didik. Ini adalah bentuk kesungguhan kami dalam membangun peradaban,” tegas Dr. Sutrisno.

Lima Pilar Kesiapan BM400 Cibubur

Dengan lugas dan penuh keyakinan, Dr. Sutrisno memaparkan lima indikator kesiapan Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur:

1. Kesiapan Program dan Kurikulum
Sejak awal, pembangunan fisik sekolah ini tidak dilakukan sembarangan. Justru sebaliknya: program pendidikan, manual pembelajaran, dan arah pengembangan kurikulum telah diselesaikan terlebih dahulu. Dengan pendekatan holistik dan global, BM400 Cibubur mengusung kurikulum internasional yang progresif.
Untuk jenjang TK dan SD, diterapkan International Baccalaureate (IB), sedangkan SMP dan SMA menggunakan Cambridge Curriculum. Semua siswa nantinya akan lulus dengan tiga kredensial utama: ijazah nasional, ijazah internasional, dan sertifikasi keagamaan. Ini adalah bukti bahwa BM400 tak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga kaya secara spiritual.

2. Kesiapan Sarana dan Prasarana
Pembangunan dimulai dari 29 April 2024 dengan peletakan batu pertama (groundbreaking), dan hanya dalam waktu satu tahun satu bulan, berdirilah kompleks pendidikan yang megah dan lengkap. Topping off dilaksanakan pada Desember 2024, dan kini seluruh fasilitas utama—ruang kelas, laboratorium fisika, kimia, biologi, ICT, serta perpustakaan—telah rampung.
Tak ketinggalan, sarana olahraga terus dilengkapi, termasuk rencana pembangunan kolam renang berstandar olimpik dan lintasan atletik. Hanya lapangan mini soccer yang akan dikebut dalam dua bulan ke depan. Ini adalah bukti nyata semangat kerja “ala Roro Jonggrang”, cepat dan tuntas!

3. Kesiapan Guru Berkualitas dan Berakhlak
Tak hanya cakap secara akademik, guru-guru di BM400 Cibubur adalah pribadi-pribadi yang sholeh dan sholehah. Proses seleksi dilakukan ketat, dengan salah satu kriteria utama adalah akhlak mulia.
“Kami memang mencari guru yang sholeh-sholeh. Karena guru bukan hanya pengajar, tapi pembimbing jiwa, konseleur nilai, dan teladan moral,” kata Dr. Sutrisno.
Semua guru telah melalui tes kompetensi dan tes keagamaan. Uniknya, seluruh guru juga dibekali pemahaman kebangsaan yang kuat— hakekatnya mereka adalah guru PPKN sekaligus guru agama. Karena di BM400, nasionalisme dan spiritualitas bukan pilihan, melainkan fondasi.

4. Kesiapan Peserta Didik
Target penerimaan siswa tahun ajaran pertama telah tercapai: 200 siswa telah resmi diterima, dan pendaftaran kini ditutup. Para siswa terpilih ini tidak hanya lolos karena nilai, tetapi juga karena komitmen dan kesungguhan mereka dan orang tua dalam menempuh pendidikan yang berkarakter.
“Sekarang saatnya kami menyiapkan mereka untuk menyambut Juli 2025 dengan kesiapan belajar yang penuh semangat,” ujar beliau.

5. Komitmen Nilai sebagai Inti Pendidikan
Lebih dari sekadar akademik, BM400 Cibubur hadir untuk membangun manusia paripurna. Nilai agama, nasionalisme, dan kompetensi global menjadi satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan. Sekolah ini hadir untuk mengakar kuat pada budaya bangsa, berdiri tegak dalam nilai keislaman, dan melangkah jauh dengan kurikulum internasional.

Baca juga : Pemimpin Masa Depan dan Jalan Terjal Disrupsi

Peresmian ini disambut antusias oleh para tokoh masyarakat, orang tua, dan calon peserta didik. Dalam sambutannya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, menyatakan kebanggaannya atas hadirnya sekolah seperti BM400 Cibubur yang membawa misi besar dalam dunia pendidikan Indonesia: pendidikan memuliakan peserta didik.

Gubernur Lemhannas RI, Dr. Ace Hasan Syadzily, menekankan bahwa sekolah ini adalah contoh nyata bagaimana pendidikan menjadi instrumen ketahanan nasional, dengan memupuk generasi yang tidak hanya cerdas tetapi juga cinta tanah air dan teguh dalam iman.

Tentang Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur
Sebagai cabang terbaru dari Sekolah Bakti Mulya 400 yang telah berkiprah sejak puluhan tahun di Jakarta, unit Cibubur hadir dengan semangat baru untuk menjawab tantangan pendidikan masa depan. Dengan motto “Holistic Education with Islamic Foundation”, sekolah ini menjadi titik terang bagi keluarga Indonesia yang mendambakan pendidikan unggul dan bermakna.

Hari ini bukan hanya peresmian sebuah gedung, tetapi pernyataan tekad: bahwa Bakti Mulya 400 Cibubur siap mengantarkan generasi masa depan menuju Indonesia Emas 2045.

Pemimpin Masa Depan dan Jalan Terjal Disrupsi

Pemimpin Masa Depan dan Jalan Terjal Disrupsi

Orasi Kebangsaan Gubernur Lemhannas RI di Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur, 24 Mei 2025

Cibubur — Sabtu pagi itu, 24 Mei 2025, Infinity Hall Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur berubah menjadi ruang kontemplasi nasional. Di tengah suasana peresmian sekolah yang riang, Gubernur Lemhannas RI, Dr. H. TB. Ace Hasan Syadzily, M.Si., membawakan stadium general yang sarat muatan geopolitik, pendidikan karakter, dan filosofi kepemimpinan masa depan.

Dengan tema “Kepemimpinan Masa Depan”, kuliah umum Ace Hasan menyajikan panorama global dan nasional yang sedang berubah cepat. Tidak sekadar memotret tantangan, ia juga mengusulkan arah baru dalam membangun pemimpin berkarakter Indonesia di tengah era disrupsi.

Tantangan Geopolitik dan Disrupsi Global

Ace Hasan membuka paparannya dengan menyuguhkan lanskap dunia yang tengah bergolak. Di tingkat global, terjadi percepatan perubahan akibat Revolusi Industri 4.0 dan 5.0, serta meningkatnya ancaman keamanan non-tradisional seperti serangan siber dan hybrid warfare.

“Kita hidup di era penuh ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas,” ujarnya. “Pemimpin masa depan harus memahami dinamika ini agar tidak gagap dalam mengambil keputusan strategis.”

Selain itu, isu perubahan iklim, persaingan ekonomi antarnegara, serta instabilitas kawasan Asia Tenggara menjadi tantangan yang tidak bisa dipisahkan dari konteks nasional. Bagi Ace, Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton dalam panggung geopolitik dunia.

Krisis Nilai, Bonus Demografi, dan Ancaman Ketimpangan

Menariknya, Ace tidak berhenti pada isu eksternal. Ia mengajak audiens untuk melihat kondisi domestik: menurunnya nilai-nilai kebangsaan, ketimpangan ekonomi yang masih tinggi, dan proses digitalisasi yang belum merata.

“Bonus demografi adalah peluang, tapi bisa jadi bencana jika tidak diiringi dengan peningkatan kualitas SDM,” ucapnya.

Ace menekankan pentingnya pendidikan karakter, bukan hanya dari sisi kurikulum, tapi juga keteladanan, konsistensi nilai, dan lingkungan yang mendukung pembentukan kepribadian bangsa. Dalam konteks ini, peran sekolah menjadi sangat vital.

Membangun Future Leadership

Pokok utama orasi Ace adalah tentang konsep Future Leadership, kepemimpinan masa depan yang visioner, adaptif, dan inovatif. Ia merujuk pada pemikiran tokoh-tokoh dunia seperti Rosabeth Moss Kanter, Michael Useem, dan Linda A. Hill, yang menekankan pentingnya kemampuan pemimpin untuk memimpin dalam kondisi yang terus berubah.

“Future leadership itu bukan soal jabatan, tapi soal kapasitas untuk mengelola ketidakpastian dan menciptakan peluang dari kekacauan,” kata Ace.

Namun, ia menambahkan satu unsur penting yang kerap luput dalam diskursus global: nilai-nilai kebangsaan. “Kepemimpinan Indonesia harus dibangun di atas empat konsensus dasar bangsa: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.”

Dengan demikian, kepemimpinan yang dibayangkan Ace adalah kepemimpinan yang global dalam cara berpikir, tapi nasionalis dalam akar dan orientasi moralnya.

Sembilan Ciri Pemimpin Masa Depan

Dalam paparannya, Ace mengutip Jacob Morgan yang merumuskan sembilan karakter pemimpin masa depan: Global Citizen, Servant, Chef (peracik keberagaman), Explorer, Coach, Futurist, Technology Teenager, Translator dan Yoda (bijak dan reflektif)

Namun, Ace memberikan penekanan khusus bahwa di Indonesia, kesembilan karakter ini harus dibingkai dalam nilai-nilai luhur bangsa. “Teknologi tanpa karakter hanya akan menghasilkan kekacauan,” ujarnya.

Pemimpin Indonesia masa depan, menurut Ace, tidak bisa hanya mengandalkan kompetensi digital atau manajerial. Ia harus menjadi “pemimpin berkarakter yang berpikir geopolitik dan bertindak strategik.”

Sekolah sebagai Inkubator Kepemimpinan

Di sinilah, kata Ace, sekolah memiliki peran sentral. Ia menyebut Sekolah Bakti Mulya 400 sebagai contoh lembaga pendidikan yang memiliki potensi menjadi inkubator pemimpin masa depan.

“Bukan hanya mencetak siswa yang pandai, tapi membentuk pribadi yang berintegritas, peduli, dan siap mengabdi pada bangsa,” ujarnya disambut tepuk tangan para guru dan orang tua.

Baca juga : Abdul Mu’ti: Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur dan Optimisme Menuju Indonesia Emas

Ace juga mengingatkan bahwa tantangan pendidikan hari ini bukan hanya kurikulum, tapi juga penetrasi nilai-nilai asing lewat media digital yang tanpa filter. Maka, pendidikan karakter harus menjadi benteng moral, bukan sekadar pelengkap.

Kolaborasi, Inklusivitas, dan Keteladanan

Ace Hasan juga menyoroti pentingnya kepemimpinan kolaboratif dan inklusif. Di tengah era disrupsi, pemimpin tidak bisa lagi berjalan sendiri. “Mereka harus mampu bekerja lintas sektor, lintas disiplin, dan lintas generasi.”

Ia juga mengingatkan pentingnya peran keteladanan, khususnya dari para guru, kepala sekolah, dan tokoh masyarakat. “Kita tidak bisa membentuk pemimpin masa depan tanpa memberi contoh di hari ini.”

Kesimpulan: Kepemimpinan Berkarakter, Jalan Indonesia ke Depan

Kuliah umum Ace Hasan Syadzily di Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur bukan sekadar orasi seremonial. Ia menawarkan kerangka pikir yang tajam dan menyentuh inti persoalan: bahwa Indonesia hanya bisa menghadapi era disrupsi jika mampu membentuk generasi pemimpin yang tidak sekadar cerdas, tapi berkarakter dan berakar kuat pada nilai-nilai bangsa.

Future leadership, bagi Ace, adalah gabungan antara inovasi dan ideologi, antara adaptasi terhadap dunia dan komitmen terhadap Indonesia.

Di penghujung pidatonya, Ace mengajak semua pihak—sekolah, pemerintah, keluarga, dan masyarakat—untuk berkolaborasi membangun kepemimpinan masa depan yang berpijak pada empat pilar konsensus kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika).

“Kita tidak sedang membangun generasi untuk hari ini. Kita sedang menyiapkan masa depan Indonesia,” pungkasnya.

abdul muti cibubur bm400-3

Abdul Mu’ti: Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur dan Optimisme Menuju Indonesia Emas

Cibubur — Langit Cibubur cerah pagi itu, Sabtu, 24 Mei 2025, ketika 1000 tamu undangan mulai memadati Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur, sekolah yang diresmikan hari itu. Gedung berwarna coklat earth tone itu tampak kokoh sekaligus anggun, dengan detail arsitektur modern minimalis yang memancarkan kesan serius dan bersahabat. Dalam suasana meriah namun khidmat, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., hadir memberikan sambutan yang sarat makna—lebih dari sekadar formalitas seremonial.

Dengan gaya pidato yang renyah, bernas, dan sesekali diselingi guyonan khas, Prof. Mu’ti membuka orasinya dengan pujian tulus: “Bangunan sekolah yang sangat megah dan mewah ini dibangun tanpa serupiah pun dari bantuan pemerintah.” Tak sekadar basa-basi, ucapan itu disambut tepuk tangan hadirin, menandai pengakuan terhadap kontribusi konkret masyarakat dalam membangun pendidikan nasional.

Ia lalu menyampaikan harapan yang setengah bercanda namun tak kurang serius, “Kalau namanya Bakti Mulya 400, maka mohon dibangun sekolah seperti ini sebanyak 400. Kalau jumlahnya sudah 400, harapan kita untuk Indonesia Emas 2045 saya yakin akan terwujud lebih cepat dari waktunya.”

Di hadapan para tokoh pendidikan, pendiri yayasan, dan undangan kehormatan, Mu’ti tak hanya menyampaikan pujian, tetapi juga menegaskan posisi pendidikan swasta sebagai mitra strategis pemerintah. “Tidak ada lagi wacana dalam diri kami untuk menempatkan negeri dan swasta dalam posisi yang berkompetisi. Semuanya adalah mitra,” tegasnya. Di bawah kepemimpinannya, Kementerian mengusung tema “Partisipasi Semesta Mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua” pada peringatan Hardiknas 2025, sebagai bentuk komitmen terhadap prinsip inklusi dan kolaborasi.

Pidato Mu’ti hari itu tak sekadar administratif. Ia menyelami sejarah dan sosiologi—mengingat kembali tulisan Aswab Mahasin di majalah Prisma tentang “Muslim Middle Class” yang muncul pada dekade 1980-an. Kelompok muslim kelas menengah yang tak hanya semakin sejahtera secara ekonomi, tetapi juga semakin sadar akan tanggung jawab sosial dan keagamaan mereka. Dari situlah Mu’ti memperkenalkan istilah “MUKIDI”: Muda, Kaya, Intelek, Dermawan, dan Idealis.

Karakter “Mukidi” ini, menurutnya, sangat tergambar dalam semangat dan latar belakang pendiri serta pengelola Sekolah Bakti Mulya 400. “Mereka ini wealthy people, tetapi juga dermawan. Mereka membantu sesama, bahkan yang tak dikenal, dengan spirit kemanusiaan yang tinggi. Dan mereka tetap idealis, dengan latar belakang intelektual yang kuat,” ujarnya. Bagi Mu’ti, inilah potret kelompok masyarakat yang dapat menjadi motor perubahan: kelas menengah muslim yang tak hanya menanjak secara finansial, tapi juga spiritual dan sosial.

Dalam satu segmen pidatonya, ia membandingkan sekolah Bakti Mulya sebelumnya dengan yang baru ini. “This is a very excellent school,” katanya, mengenang masa lalu ketika masih menjadi Ketua Badan Akreditasi. “Dan ternyata yang excellent di sana, di sini lebih excellent lagi. Kalau di sana excellent, di sini excellentist,” guraunya yang disambut tawa hadirin.

Namun, nada kembali serius ketika ia menyampaikan pokok-pokok visi pendidikan nasional: pendidikan sebagai proses memuliakan manusia. Ia mengutip Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 70, yang menyebut bahwa Allah telah memuliakan anak-anak Adam. “Kalau Allah memuliakan manusia, maka pendidikan sebagai proses tarbiyah harus menjadi proses yang memuliakan,” katanya dengan lantang. Baginya, pendidikan yang sejati bukan sekadar soal mengejar nilai atau prestasi, melainkan bagaimana menjadikan setiap murid dihargai, dituntun, dan tumbuh sesuai fitrahnya.

Baca juga : Sekolah BM 400 Cibubur Ikut “Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat”

Ia menekankan bahwa arah baru pendidikan nasional adalah pendidikan yang memuliakan, mendalam (deep learning), dan membahagiakan. “Pendidikan harus membuat semua orang merasa seperti di rumah. Di sekolah, mereka harus merasa seperti berada di antara ayah dan bunda yang penuh kasih,” katanya, menutup gagasan yang sangat manusiawi.

Menjelang akhir pidato, Mu’ti menyampaikan permohonan maaf karena tak bisa mengikuti acara hingga selesai. Ia harus mewakili Wakil Presiden pada agenda lain di Taman Mini. Namun, dengan gaya khasnya, ia menegaskan, “Walaupun sudah pulang, spirit saya tetap berada di sini.”

Sambutan Mu’ti hari itu bukan hanya memberi semangat bagi pengelola Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur, tetapi juga menjadi narasi besar bahwa pendidikan Indonesia bisa bergerak maju lewat gotong royong. Sekolah swasta, dengan semangat dan kontribusi nyata, adalah bagian penting dari mimpi Indonesia Emas 2045. Maka tak berlebihan jika pagi itu, di bawah langit Cibubur, terasa ada seberkas harapan baru yang tumbuh—khususnya untuk Sekolah Bakti Mulya 400 juga untuk masa depan bangsa.

Guru Sekolah BM 400 Cibubur Hadiri Festival Belajar SD BM 400 Pondok Indah-2

Guru Sekolah BM 400 Cibubur Hadiri Festival Belajar SD BM 400 Pondok Indah

JAKARTA – Guru peserta program induksi dari Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur turut hadir dan mengikuti rangkaian kegiatan Festival Belajar yang diselenggarakan oleh SD Bakti Mulya 400 Pondok Indah pada Jumat (9/5/2025). Festival ini digelar selama dua hari, yakni Jumat dan Sabtu, 9–10 Mei 2025, dengan tema Explore, Grow and Celebrate Learning Beyond Boundaries.

Kehadiran para guru BM 400 Cibubur ini bukan sekadar sebagai tamu, melainkan bagian dari proses pembelajaran aktif dalam program induksi mereka. Sebanyak 16 guru dari unit Kindergarten dan Primary Year Programme, sedang menjalani masa induksi sejak 5 Mei lalu. Festival ini pun menjadi salah satu sarana mereka menyelami langsung atmosfer pendidikan khas BM 400 yang holistik dan inovatif.

Hari pertama festival difokuskan pada eksibisi kelas 5 dan 6. Sedangkan hari kedua, Sabtu (10/5/2025), akan diisi dengan eksibisi kelas 1 hingga kelas 4. Tak hanya siswa dan guru, kegiatan ini juga melibatkan orang tua murid, tenaga kesehatan, hingga profesional dari bidang psikologi pendidikan.

Dalam sambutan pembuka, Kepala SD BM 400 Pondok Indah, Eliyani Umas, M.Pd.I., menyampaikan bahwa Festival Belajar merupakan momen penting bagi seluruh warga sekolah untuk mengapresiasi proses belajar yang telah dijalani sepanjang tahun ajaran 2024/2025. “Kami ingin menjelajahi, menumbuhkan, dan merayakan setiap langkah pembelajaran siswa, baik yang tampak maupun yang tak kasat mata. Ini adalah ruang ekspresi dan refleksi bagi seluruh elemen pendidikan di sekolah kami,” ujar Eliyani dengan penuh semangat.

Sejalan dengan tema besar festival, berbagai kegiatan digelar secara simultan. Di antaranya adalah pertunjukan siswa, pameran karya kreatif lintas mata pelajaran, talk show inspiratif bersama pakar pendidikan, pemeriksaan kesehatan gratis hasil kerja sama dengan mitra kesehatan, serta bazar yang melibatkan komunitas orang tua.

Salah satu sesi yang mencuri perhatian adalah Talk Show Inspiratif yang menghadirkan Alvina S., M.Psi., seorang psikolog klinis anak, remaja, dan keluarga. Dalam paparannya, Alvina membagikan strategi praktis tentang bagaimana orang tua dapat menjadi pendamping belajar yang efektif bagi anak di rumah.

Alvina menekankan pentingnya sikap tegas tanpa harus bersikap marah. “Orang tua perlu mengajarkan bahwa setiap tindakan punya konsekuensi, tapi tidak dengan cara membentak atau memberi label negatif,” ujarnya. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga emosi saat menghadapi kesalahan anak. “Kalau sedang emosi, tarik napas dulu. Alihkan ke aktivitas lain, baru kemudian dekati anak dengan pendekatan yang solutif,” tambahnya.

Sementara itu, kehadiran guru-guru dari unit Cibubur disambut hangat oleh tim SD BM 400 Pondok Indah. Kolaborasi lintas unit ini menjadi bukti nyata dari semangat sinergi dan penguatan profesionalisme yang terus dibangun oleh Yayasan Bakti Mulya 400. “Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang belajar bagi siswa, tapi juga bagi kami para guru,” ungkap Hadi Suwarno, M.Pd., selaku Deputy Ketua Pelaksana Harian BM 400 yang turut mendampingi rombongan guru dari Cibubur.

Baca juga : Ketika Adzan Dikumandangkan dari Gedung Sekolah BM 400 Cibubur

Menurut Hadi, Festival Belajar menjadi media konkret yang mendukung tujuan program induksi guru, yakni mempercepat adaptasi guru baru terhadap budaya sekolah, meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogik, serta membangun relasi dan kolaborasi lintas unit. Ia berharap semangat yang diperoleh dari kegiatan ini bisa dibawa pulang ke unit Cibubur untuk memperkaya praktik pembelajaran.

Festival Belajar SD BM 400 bukan sekadar ajang pamer karya, tetapi juga ruang pembelajaran bersama bagi seluruh komunitas sekolah. Di tengah berbagai tantangan pendidikan saat ini, kegiatan semacam ini menjadi oase yang menyejukkan—bahwa pembelajaran sejatinya adalah perjalanan panjang yang harus dirayakan, dijaga, dan diperkuat dari waktu ke waktu.

pendidikan nasional

Sekolah BM 400 Peringati Hari Pendidikan Nasional 2025: Pendidikan adalah Jalan Mencerdaskan dan Memajukan Bangsa

Jakarta, 2 Mei 2025 — Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025, Sekolah Bakti Mulya 400 menyelenggarakan refleksi pendidikan yang dipusatkan di Aula SD Bakti Mulya 400 Pondok Indah, Jakarta, pada Jumat, 2 Mei 2025. Acara ini diikuti oleh seluruh guru SD Bakti Mulya 400, serta para pimpinan sekolah dari unit-unit di Jakarta dan Bakti Mulya 400 Cibubur.

Kegiatan yang berlangsung khidmat ini dihadiri Dr. Sutrisno Muslimin, M.Si., Ketua Pelaksana Harian Yayasan Bakti Mulya 400 (YBKSP), yang memberikan amanat utama bertema: “Pendidikan: Mencerdaskan dan Memajukan.”

Dalam amanatnya, Dr. Sutrisno menegaskan bahwa hakikat pendidikan bukan semata-mata persoalan akademik atau administratif, melainkan sebagai proses peradaban yang membangun akhlak mulia, kepribadian luhur, dan daya pikir merdeka. Ia menggarisbawahi bahwa pendidikan adalah skala prioritas bangsa untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat sebagai pilar masa depan Indonesia.

“Pendidikan harus dimaknai sebagai proses membentuk manusia seutuhnya — akalnya, hatinya, dan tindakannya. Maka dari itu, guru bukan hanya pengajar, tapi juga pembimbing moral, mentor jiwa, dan agen peradaban,” tutur Dr. Sutrisno dalam sambutannya.

Ia menambahkan bahwa di tengah dinamika zaman yang berubah cepat, guru harus menjadi agen pembelajaran yang adaptif dan reflektif, sekaligus mentor dan konselor bagi peserta didik. Hal ini menuntut guru tidak hanya menguasai kompetensi akademik, tetapi juga memiliki pemahaman pendidikan yang menyeluruh (kaffah).

Dalam pandangannya, guru ideal bukan hanya spesialis dalam satu bidang, melainkan figur utuh yang mampu mewakili nilai-nilai agama, budi pekerti, cinta tanah air, dan kesehatan jiwa-raga. Oleh sebab itu, Dr. Sutrisno menyampaikan harapannya:

“Saya berharap setiap guru Bakti Mulya 400 adalah sekaligus guru Agama, BK, PPKN, dan Olahraga. Inilah esensi pendidikan holistik — mendidik akal, membina jiwa, dan menggerakkan tubuh.”

Dalam suasana peringatan Hari Pendidikan Nasional yang mengambil semangat dari filosofi Ki Hadjar Dewantara, acara ini juga menjadi refleksi bersama bahwa pendidikan bukan milik sekolah semata, melainkan tanggung jawab kolektif semua pihak — guru, orang tua, yayasan, dan masyarakat.

Acara peringatan ini juga diisi dengan doa bersama, refleksi profesi guru, dan komitmen bersama untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada hasil, tapi juga pada proses, karakter, dan kasih sayang.

Baca juga : Audiensi Persiapan Grand Launching Sekolah BM 400 Cibubur: Sinergi Pendidikan Karakter dan Nasionalisme bersama Lemhannas RI

Bakti Mulya 400 yang dikenal sebagai institusi pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, nasionalisme, dan pengembangan karakter, terus berkomitmen menjadikan Hari Pendidikan Nasional sebagai momentum penyalaan semangat mendidik secara lebih mendalam, berwawasan luas, dan berbasis nilai.

Audiensi Persiapan Grand Launching Sekolah BM 400 Cibubur-2

Audiensi Persiapan Grand Launching Sekolah BM 400 Cibubur: Sinergi Pendidikan Karakter dan Nasionalisme bersama Lemhannas RI

Jakarta, 17 April 2025 – Dalam rangka mempersiapkan peluncuran resmi unit sekolah baru Bakti Mulya 400 Cibubur, telah dilaksanakan pertemuan strategis antara jajaran pengurus Yayasan Bakti Mulya 400 dengan pimpinan Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI). Pertemuan ini berlangsung dalam suasana penuh semangat kolaborasi dan visi bersama akan pentingnya pendidikan karakter bagi generasi muda Indonesia pada Rabu (16/4/25)

Pertemuan yang digelar di Kantor Gubernur Lemhannas RI, Jalan Medan Merdeka Selatan dihadiri oleh Ketua Pengurus Yayasan Bakti Mulya 400, Ir. Anna Rosita Subagdja, beserta jajaran anggota dewan pengurus. Hadir pula Ketua Pelaksana Harian Yayasan, Dr. Sutrisno Muslimin, M.Si, bersama para deputinya. Dari pihak Lemhannas RI, audiensi dihadiri oleh Gubernur Lemhannas RI, Dr. H. TB. Ace Hasan Syadzily, M.Si, didampingi oleh jajaran pimpinan Lemhannas lainnya.

Pertemuan ini menjadi momentum penting dalam membangun sinergi antara lembaga pendidikan dan institusi negara dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan serta memperkuat pilar karakter bangsa melalui jalur pendidikan formal.

Pada pertemuan tersebut, disampaikan bahwa Grand Launching Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur akan diselenggarakan pada Sabtu, 24 Mei 2025. Sekolah ini merupakan ekspansi strategis dari Sekolah Bakti Mulya 400 yang telah dikenal luas sebagai lembaga pendidikan berbasis karakter, nasionalisme, dan spiritualitas. Kehadiran unit baru di kawasan Cibubur merupakan upaya Yayasan untuk menjangkau lebih banyak peserta didik dan menjawab kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang menyeluruh.

Sebagai bagian dari acara grand launching, direncanakan bahwa Dr. TB. Ace Hasan Syadzily, M.Si, akan hadir secara langsung untuk menyampaikan Kuliah Kebangsaan yang menjadi bagian utama dari peresmian sekolah tersebut.

Pendidikan Karakter dan Nasionalisme: Pilar Membangun Bangsa

Dalam sambutannya pada pertemuan tersebut, Gubernur Lemhannas RI, Dr. TB. Ace Hasan Syadzily, menekankan pentingnya integrasi antara pendidikan karakter dan nasionalisme dalam sistem pendidikan nasional. Ia menyampaikan bahwa kemajuan bangsa tidak hanya ditentukan oleh kualitas intelektual semata, tetapi juga oleh kekuatan moral, integritas, dan rasa cinta tanah air yang tertanam sejak dini.

Nasionalisme Indonesia tidak boleh luntur. Pendidikan karakter harus dirancang untuk membentuk manusia Indonesia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki hati nurani, budi pekerti luhur, dan komitmen kebangsaan. Agama merupakan fondasi penting dalam membentuk karakter tersebut, namun agama juga harus berjalan seiring dengan cinta tanah air. Inilah keseimbangan yang menjadi bekal utama dalam memajukan bangsa,” ungkapnya.

Dalam Kuliah Kebangsaan yang akan disampaikannya pada saat grand launching nanti, Dr. Ace Hasan Syadzily akan mengangkat tema seputar penguatan identitas kebangsaan di era globalisasi, serta peran lembaga pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila, toleransi, dan tanggung jawab sosial kepada generasi muda.

Kolaborasi Strategis: Pelatihan Guru Bakti Mulya 400 Cibubur

Pertemuan ini juga menghasilkan kesepakatan penting, yakni kerja sama antara Lemhannas RI dan Yayasan Bakti Mulya 400 dalam penyelenggaraan program pelatihan guru, khususnya bagi para tenaga pendidik yang akan bertugas di Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur.

Kerja sama ini bertujuan untuk membekali para guru dengan pemahaman yang kuat mengenai wawasan kebangsaan, nilai-nilai Pancasila, serta metode pembelajaran berbasis karakter. Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pembina jiwa dan pembentuk watak peserta didik. Oleh karena itu, penguatan kapasitas guru menjadi salah satu fokus utama dalam menjamin kualitas pendidikan yang diberikan.

Ketua Pelaksana Harian Yayasan, Dr. Sutrisno Muslimin, M.Si, menyampaikan bahwa kolaborasi ini adalah bentuk keseriusan Yayasan dalam membentuk ekosistem pendidikan yang utuh, terarah, dan berdampak jangka panjang. “Kami sangat menyadari bahwa guru adalah ujung tombak pendidikan. Oleh karena itu, melalui pelatihan bersama Lemhannas, kami berharap para guru kami tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga kuat dalam nilai, integritas, dan wawasan kebangsaan,” ujarnya.

Menjawab Tantangan Zaman dengan Pendidikan Bernilai

Dalam forum yang berlangsung hampir dua jam tersebut, berbagai masukan konstruktif juga disampaikan, baik dari pengurus yayasan maupun dari jajaran pimpinan Lemhannas RI. Diskusi berfokus pada bagaimana menjawab tantangan zaman — seperti disrupsi teknologi, krisis identitas generasi muda, hingga melemahnya nilai kebangsaan — dengan pendekatan pendidikan yang progresif namun tetap berakar pada budaya dan nilai luhur bangsa.

Baca juga : Halalbihalal Sekolah BM 400: Pertahankan Kesucian Hati, Raih Kemenangan Sejati

Ketua Pengurus Yayasan, Ir. Anna Rosita Subagdja, menegaskan bahwa pendirian Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur adalah bagian dari visi besar Yayasan untuk terus memperluas akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan berkarakter. “Kami tidak sekadar membangun gedung sekolah, tetapi kami membangun peradaban. Kami ingin setiap anak yang belajar di Bakti Mulya 400 tumbuh menjadi insan yang utuh: cerdas pikirannya, mulia akhlaknya, dan kuat cintanya pada negeri ini,” ujar beliau.

Pendidikan sebagai Jalan Perubahan

Audiensi diakhiri dengan harapan besar bahwa kolaborasi antara Yayasan Bakti Mulya 400 dan Lemhannas RI tidak hanya berhenti pada satu acara, tetapi terus berlanjut dalam berbagai program pendidikan jangka panjang, baik dalam bentuk pelatihan, pengabdian masyarakat, maupun pembinaan generasi muda Indonesia.

Kehadiran Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana lembaga pendidikan dapat menjadi agen perubahan yang menyinari masa depan bangsa. Grand launching pada 24 Mei 2025 nanti tidak hanya akan menjadi peresmian fisik, tetapi juga penanda dimulainya sebuah perjalanan pengabdian baru dalam dunia pendidikan Indonesia.

Semarak Ramadan Sekolah BM 400 Cibubur2

Semarak Ramadan Sekolah BM 400 Cibubur diisi Health Talk dan Lomba Story Telling

Jakarta – Dalam rangka menyemarakkan bulan suci Ramadan serta memberikan edukasi bagi orang tua serta anak-anak, Bakti Mulya 400 International School Cibubur bekerja sama dengan Eka Hospital Cibubur menggelar acara “Semarak Ramadhan”. Acara ini menghadirkan dua agenda utama, yaitu lomba story telling dan health talk bertema “Pentingnya Memahami Mental dan Kesiapan Anak Bersekolah”. Acara tersebut digelar di Living World Kota Wisata Cibubur, diikuti oleh siswa, orang tua dan masyarakat di Cibubur pada Sabtu (8/3/2025).

Dalam sesi health talk, hadir dua narasumber ahli yang berbagi wawasan mengenai pentingnya kesiapan mental anak dalam menempuh pendidikan. Mereka adalah Siti Sa’diah Syam, M.Psi., Psikolog – Psikolog Klinis Eka Hospital Cibubur dan Hana Triana, M.Pd., M.Ed. – Principal Bakti Mulya 400 International School Cibubur, PYP Programme.

Menurut Siti Sa’diah Syam, M.Psi., Psikolog, kesiapan mental anak sebelum bersekolah tidak bisa diukur secara instan. Ia menekankan bahwa observasi minimal dua jam sangat diperlukan untuk memahami secara keseluruhan mood serta pola perilaku anak dalam berbagai situasi. “Anak memiliki dinamika emosi yang tidak bisa diukur hanya dalam beberapa menit saja. Dengan observasi yang cukup, kita bisa mengetahui bagaimana mereka merespons lingkungan baru, berinteraksi dengan teman, serta mengatasi tantangan kecil yang muncul,” jelasnya.

Sementara itu, Hana Triana, M.Pd., M.Ed. menambahkan bahwa kesiapan mental anak sangat erat kaitannya dengan keberhasilan akademik mereka. Anak yang belum siap secara emosional cenderung mengalami kesulitan beradaptasi, yang bisa berdampak pada perkembangan akademik dan sosialnya di sekolah. “Jika seorang anak dipaksa bersekolah sebelum siap, ia mungkin akan merasa stres, kehilangan minat belajar, bahkan mengalami kecemasan berlebihan. Di sinilah peran orang tua dan sekolah sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan mental anak,” ujarnya.

Baca juga : Sekolah BM400 Cibubur Menerima Siswa Pindahan dari Dalam dan Luar Negeri

Lebih lanjut, diskusi ini juga membahas bagaimana peran orang tua dalam mempersiapkan anak mereka. Faktor lingkungan, baik dari keluarga, teman, maupun sekolah, memiliki pengaruh besar dalam membentuk kesiapan mental anak. Guru juga memegang peranan penting dalam membimbing anak agar merasa nyaman dan percaya diri saat menjalani hari-hari pertamanya di sekolah. Selain itu, terdapat berbagai cara untuk mengatasi kecemasan anak saat pertama kali masuk sekolah, seperti membangun rutinitas yang konsisten, memberikan pengalaman bermain di lingkungan sekolah sebelumnya, serta memastikan anak memiliki cukup waktu untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut.

Selain health talk, acara ini juga dimeriahkan dengan lomba story telling, yang memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan kreativitas, keterampilan berbicara, serta rasa percaya diri. Dengan total hadiah lebih dari 1 juta rupiah, kompetisi ini diharapkan dapat menjadi ajang inspiratif bagi para peserta.

Pada acara tersebut dimeriahkan pula story telling siswa berprestasi dari SMP Bakti Mulya 400 Jakarta yaitu Azzahra Valazkia, Alina Ayudewi dan Arretha Anditawarman. Mereka merupakan siswa juara Lomba English Presentation Tingkat DKI Jakarta dan Peraih Medali Perunggu Olimpiade Internasional Bidang Biologi di Korea Selatan.

Dengan keberhasilan siswa-siswi ini, Bakti Mulya 400 International School semakin membuktikan komitmennya dalam mencetak generasi unggul yang siap bersaing di tingkat global.