HUT42BM400-1

HUT ke 42 Yayasan Bakti Mulya 400: Memperkokoh Bangsa, Menjangkau Dunia

Jakarta – Denting doa, langkah kaki, hingga gelak tawa anak-anak mewarnai ulang tahun yang ke-42 Yayasan Bakti Mulya 400 dengan serangkaian kegiatan yang memadukan spiritualitas, kebersamaan, kreativitas, dan kepedulian sosial.

Sejak berdiri pada 1983 oleh para eks Tentara Pelajar Batalyon 400 Brigade XVII TNI, BM 400 menempatkan pendidikan sebagai ladang perjuangan. Bukan sekadar ruang untuk mencetak insan cerdas, tetapi juga wadah membentuk manusia berakhlak, cinta tanah air, dan terbuka terhadap dunia. Tema tahun ini—“Memperkokoh Bangsa, Menjangkau Dunia”—merangkum perjalanan itu dalam dua kata kunci: akar dan sayap.

Perayaan dimulai pada 30 September 2025 di Auditorium Ki Hadjar Dewantara. Suasana khidmat memenuhi ruangan saat ratusan guru dan orang tua larut dalam lantunan dzikir berlanjut dengan motivasi bersama. Ir. Jamil Azzaini, MM. Ia mengingatkan bahwa pendidikan tak boleh tercerabut dari spiritualitas. Ia mengajak seluruh civitas BM 400 untuk “scale up”, naik kelas dalam mengelola potensi diri dan kontribusi sosial dengan jalan spiritualitas.

Fun Walk: Langkah Bersama Menuju Tujuan

Selanjutnya pada Sabtu pagi, 4 Oktober 2025, ratusan peserta tumpah ruah di halaman SMP Bakti Mulya 400. Mereka bersiap menempuh rute jalan sehat sepanjang tenam kilometer, melewati Jalan Gedung Pinang hingga Wisma BCA sebelum kembali ke titik awal.

Ketua Pelaksana Harian Yayasan, Sutrisno Muslimin, menekankan makna di balik kegiatan ini. “Fun Walk bukan hanya olahraga. Ia pengingat bahwa tubuh yang bugar adalah modal utama untuk belajar dan berkarya. Sekolah adalah tempat terbaik untuk menanamkan kebiasaan sehat sejak dini. Dengan tubuh yang sehat, pikiran kita akan jernih, semangat belajar akan tumbuh, dan cita-cita bisa kita capai dengan lebih baik. Mari kita biasakan gerak, olahraga, dan pola hidup sehat sebagai bagian dari budaya sekolah kita.”

Sementara Wakil Ketua Pengurus Yayasan, Baskara Sukarya, mengajak agar “Usia 42 tahun ini jangan hanya kita jadikan ajang nostalgia, melainkan momentum untuk scale up—untuk naik kelas. Kita harus berani menatap masa depan dengan gagasan yang lebih besar”

Hadir dalam kesempatan itu, Jenderal Polisi (Purn.) Badrudin Haiti menyampaikan apresiasi. “Izinkan saya mengucapkan selamat ulang tahun ke-42 kepada Yayasan Bakti Mulya 400. Perjalanan panjang ini adalah bukti dedikasi luar biasa dalam membangun pendidikan bangsa. Saya berharap BM 400 senantiasa menjadi lembaga unggul—yang menanamkan nilai religius, menumbuhkan nasionalisme, sekaligus membekali anak-anak dengan wawasan global. Dengan perpaduan itu, BM 400 akan terus melahirkan generasi pemimpin yang berkarakter dan berdaya saing dunia.”

Kreativitas dan Charity

Masih di hari yang sama, area parkir SMA BM 400 berubah menjadi ruang festival. Bazar kuliner, hingga produk komunitas memenuhi stan. Sejak pagi, pengunjung berjubel, mencicipi jajanan tradisional hingga minuman kekinian.

Sementara itu panggung seni dibuka. Siswa BM 400  dengan menari tarian daerah dan membawakan musik modern. Semuanya menegaskan bahwa kreativitas adalah bahasa universal yang bisa menyatukan generasi.

Semarak ulang tahun ke-42 juga diwarnai kegiatan amal, sekolah menggalang donasi buku dan pakaian layak pakai sejak 22 September. Puncaknya, Sabtu siang, donasi itu disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Tak berhenti di situ, layanan Free Medical Check-Up juga dibuka. Puluhan peserta fun walk memanfaatkan kesempatan ini.

Alumni: Menyambung Estafet

Perayaan juga menjadi momentum konsolidasi alumni.  Pada momentum tersebut dikukuhkan ketua Ketua Ikatan Alumni Bakti Mulya 400 Pandu Winata. Pemilihan dilakukan secara demokratis, mencerminkan nilai partisipasi yang memang ditanamkan sejak di bangku sekolah.

Baca juga : HUT ke-42 BM 400: Jamil Azzaini Ajak Scale Up dengan “AJAIB

Kepada Ikatan Alumni BM 400, Baskara memberi pesan khusus. “Wajah sekolah ada pada Anda semua. Prestasi, karya, dan kontribusi Anda di tengah masyarakat adalah cermin nama baik sekolah. Jadilah wajah yang membanggakan, inspiratif, dan membawa manfaat luas bagi bangsa.”

Memperkokoh Bangsa, Menjangkau Dunia.

Sementara itu dalam sambutannya, Ketua Pengurus Yayasan, Ir. Anna Rosita Subagdja menegaskan kembali tema besar tahun ini: Memperkokoh Bangsa, Menjangkau Dunia.

“Setiap langkah dalam pendidikan adalah upaya memperkuat bangsa. Melalui ruang kelas, buku, dan keteladanan, kita membangun pondasi Indonesia yang lebih kuat: generasi berkarakter, berintegritas, dan cinta tanah air. Pada saat yang sama, kita juga menyiapkan mereka untuk percaya diri di panggung global,” ujarnya.

BM 400 memang memadukan nilai kebangsaan dengan kurikulum internasional. Cambridge International dan International Baccalaureate Primary Years Programme menjadi instrumen, sementara nilai religius dan nasionalisme menjadi jiwa.

HUT ke-42 BM 400 Jamil Azzaini Ajak Scale Up

HUT ke-42 BM 400: Jamil Azzaini Ajak Scale Up dengan “AJAIB”

Jakarta — Suasana Auditorium Sekolah Bakti Mulya 400 pada peringatan hari jadi ke-42 tampak berbeda. Riuh tepuk tangan para guru, karyawan, dan undangan pecah ketika Jamil Azzaini—motivator yang dikenal sebagai inspiring speaker—naik ke panggung. Dengan gaya tutur yang renyah dan penuh energi, ia mengajak seluruh civitas BM 400 untuk “scale up”, naik kelas dalam mengelola potensi diri dan kontribusi sosial (Selasa, 30/9/2025).

“Ada lima level dalam memanfaatkan potensi diri manusia,” ujarnya membuka. Materi itu, ia sebut sebagai jalan menuju kualitas hidup yang lebih tinggi.

Lima Level Potensi Diri

Pertama, level obscurity. Pada tahap ini, seseorang hidup tanpa arah, tanpa tahu kelebihan dirinya. Jamil mengutip Buya Hamka: “Kalau hidup sekadar hidup, kera di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kerbau juga bekerja.” Sebuah pengingat tajam bahwa hidup tak boleh sekadar rutinitas tanpa makna.

Kedua, level personality. Seseorang mulai mengenali kelebihan dan kekurangannya. Kesadaran ini adalah fondasi untuk bertumbuh.

Ketiga, level mentality. Potensi yang dimiliki dioptimalkan hingga menjelma menjadi keahlian. Pada titik ini, seseorang bukan sekadar tahu dirinya bisa, tapi benar-benar menjadi ahli dalam bidang tertentu.

Keempat, level morality. Fase ketika individu tak lagi sibuk dengan dirinya sendiri. Ia memikirkan kemajuan bersama, membangun rasa “kita”, dan menumbuhkan kepedulian sosial.

Kelima, puncak dari semua level: level spirituality. Pada tahap ini, apapun yang dilakukan semata-mata untuk Allah, tanpa haus pujian atau pengakuan manusia.

Rumus AJAIB

Namun, bagaimana cara naik kelas—terutama dari morality menuju spirituality? Jamil memperkenalkan sebuah formula yang ia sebut “AJAIB”, sebuah akronim yang sarat nilai hidup.

Pertama, Ampuni yang Menyakiti.
“Maaf bukan berarti membenarkan kesalahan,” kata Jamil, “tetapi membebaskan diri dari jeratan luka.” Menurutnya, ada lima penyebab penderitaan: menyesali masa lalu, mengkhawatirkan masa depan, tidak menerima kondisi saat ini, menggantungkan kebahagiaan pada omongan orang lain, dan enggan memaafkan kesalahan orang lain.

Kedua, Jadikan Syukur terhadap Segala Sesuatu.
Jamil menekankan bahwa hanya dua emosi yang seharusnya dipelihara: cinta dan syukur. Bahkan, ia menegaskan profesi guru pun harus dijalani dengan cinta. Ia juga mengingatkan tiga C yang wajib dimiliki setiap insan: competence (kompetensi), reputation (nama baik), dan relation (hubungan harmonis).

Ketiga, Amalkan Kebaikan Selalu.
Tak ada kebaikan yang terlalu kecil. Setiap langkah sederhana—menolong, atau berbagi ilmu—membuka jalan bagi kebaikan yang lebih besar. “Jurnal semua kebaikanmu,” ucapnya, “agar jiwamu semakin kokoh.”

Keempat, Injeksikan Kebahagiaan.
“Amalan yang dicintai Allah adalah yang membangkitkan kebahagiaan,” jelasnya. Ia mengajak hadirin untuk menyebarkan senyum, membantu sesama, dan mengubah masalah menjadi solusi. Dari passion, setiap orang bisa melahirkan kontribusi yang bermakna.

Kelima, Berserah Total kepada Allah.
Di sinilah letak keajaiban. Ketika seseorang berserah, ia tak hanya mengandalkan energi insaniah, tetapi juga energi ilahiah. Jamil mencontohkan kisah Nabi Musa yang dengan izin Allah mampu membelah Laut Merah.

Pesan untuk BM 400

Ceramah motivasi Jamil Azzaini bukan sekadar retorika. Ia meresap ke dalam atmosfer HUT BM 400 yang tahun ini mengusung semangat pembaruan. Selama 42 tahun, sekolah ini berdiri sebagai lembaga pendidikan yang memadukan nilai nasionalisme, religiusitas, dan keterbukaan terhadap dunia.

Dalam konteks pendidikan, rumus “AJAIB” bisa menjadi pedoman guru dan siswa. Mengajarkan anak untuk memaafkan, bersyukur, berbuat baik, menebar kebahagiaan, dan berserah diri. Nilai-nilai itu sejalan dengan visi BM 400 yang tak hanya mendidik untuk pintar, tapi juga berkarakter dan beriman.

Baca juga : Siswa Kelas 5 BM 400 Cibubur Gabungkan Aksi Beramal dan Kreativitas

Peringatan HUT bukan hanya seremonial. Jamil menutup dengan ajakan reflektif: “Kalau kita ingin naik kelas, jangan berhenti di moralitas. Dorong diri kita untuk sampai ke spiritualitas. Di sanalah letak ketenangan hidup yang sesungguhnya.”

Dengan pesan itu, perayaan 42 tahun BM 400 menjadi bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan momentum untuk menatap masa depan. Sebuah perjalanan panjang yang kini ditopang oleh semangat scale up dengan rumus “AJAIB”—ampuni, syukur, amalkan, injeksikan, dan berserah.