DIDEPAN CIVITAS BM 400, HAMDAN ZULVA INGATKAN PENTINGNYA INTEGRITAS, ETIKA DAN KEADABAN1

DIDEPAN CIVITAS BM 400, HAMDAN ZOELVA INGATKAN PENTINGNYA INTEGRITAS, ETIKA DAN KEADABAN

Sejarah panjang perjalanan peradaban manusia selalu erat kaitannya dengan integritas, etika, dan keadaban. Ketiga nilai luhur ini tidak hanya menjadi penopang kemajuan sebuah bangsa, tetapi juga menjadi fondasi bagi terbentuknya masyarakat yang beradab dan bermartabat. Hal inilah yang ditekankan oleh Hamdan Zoelva, Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia periode 2013–2015, dalam diskusi panel bertajuk “Preparing Future Leaders with Value and Integrity” yang diadakan di auditorium Sekolah Bakti Mulya (BM) 400 pada Kamis, 19 Desember 2024.

Dalam kesempatan tersebut, Hamdan Zoelva menyampaikan gagasan-gagasan pentingnya terkait pendidikan, kepemimpinan, dan penguatan nilai-nilai luhur sebagai bekal generasi muda menuju masa depan.

Dalam paparannya, Hamdan Zoelva menyampaikan bahwa pendidikan sejatinya merupakan instrumen pembentukan karakter dan moralitas. Ia menguraikan sejarah pendidikan di Indonesia, yang pada masa penjajahan Belanda lebih banyak digunakan sebagai alat kolonialisme. “Pada masa itu, pendidikan dirancang untuk mencetak pekerja yang loyal kepada pemerintah kolonial, bukan untuk membangun kesadaran kritis atau menciptakan pemimpin yang visioner,” ujarnya.

Mengutip pemikiran H.O.S. Cokroaminoto dalam “Muslim National Onderwijs”, Hamdan Zoelva menegaskan pentingnya pendidikan yang tidak hanya berfokus pada kecerdasan intelektual, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual. Ia merinci empat hal utama yang harus menjadi pilar pendidikan, yakni:

Pertama: Menanam benih kemerdekaan dan demokrasi. Pendidikan harus membangun kesadaran akan nilai-nilai kebebasan dan tanggung jawab sebagai warga negara yang demokratis.

Kedua: Menanam benih keberanian yang luhur. Keberanian ini harus didasari oleh keikhlasan hati, kesetiaan, dan kecintaan kepada kebenaran.

Ketiga: Menanam benih kehalusan jiwa dan keutamaan budi. Pendidikan harus mampu melahirkan individu yang beradab, memiliki kesopanan, dan menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat.

Keempat: Menanam benih kehidupan yang saleh dan sederhana. Nilai-nilai ini menjadi bekal untuk menciptakan manusia yang tidak hanya sukses secara material, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

Hamdan Zoelva juga menyoroti pentingnya etika dan moralitas dalam bidang hukum. Ia mengingatkan bahwa ilmu hukum yang hanya berlandaskan logika dan struktur tanpa memperhatikan etika dan moral dapat melahirkan produk hukum yang tidak adil dan mudah diperjualbelikan. “Hukum bukan sekadar aturan, tetapi juga harus menjadi penegak keadilan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,” tegasnya.

Sumber Kesuksesan

Lebih jauh, Hamdan Zoelva menguraikan dua sumber utama kesuksesan yang harus ditanamkan kepada peserta didik, yakni sumber yang berasal dari dalam diri sendiri dan yang berasal dari interaksi dengan orang lain.

Baca juga : KICK OFF TAHUN 2025: SEKOLAH BM 400 CANANGKAN TARGET KUALITAS DAN PRESTASI

Hamdan Zoelva menekankan bahwa kesuksesan sejati harus dimulai dari kemampuan individu untuk mengembangkan potensi dirinya. Beberapa elemen penting yang ia soroti meliputi hard skill (kemampuan akademik atau keahlian profesional), soft skill (kemampuan interpersonal, seperti komunikasi), belajar dari literatur dan pengalaman, loyalitas dan kerja keras.

Di sisi lain, Hamdan Zoelva menggarisbawahi pentingnya interaksi dengan sesama dalam perjalanan menuju kesuksesan. Ia menjelaskan berhubungan dengan orang lain dan membangun jejaring sosial adalah bagian penting dari proses belajar. Selain itu pengalaman dalam organisasi mengajarkan banyak hal, mulai dari manajemen waktu hingga kemampuan berkolaborasi.

Hamdan juga menekankan bahwa integritas, etika, dan sikap yang baik adalah perekat utama dalam membangun kolaborasi dan harmonisasi di tengah masyarakat yang semakin kompleks.

Talk Show Nurturing

SEKOLAH BM 400 CIBUBUR GELAR TALK SHOW: “NURTURING SOCIAL-EMOTIONAL LEARNING FOR HOLISTIC GROWTH”

Cibubur, 14 Desember 2024 – Sekolah Bakti Mulya (BM) 400 Cibubur menunjukkan komitmennya dalam mencetak generasi muda yang unggul dalam bidang akademik juga memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang kuat. Hal ini diwujudkan melalui penyelenggaraan Talk Show bertema “Nurturing Social-Emotional Learning for Holistic Growth” yang dipandu oleh Hana Triana, M.Pd. M.Ed., Primary Pricipal Sekolah BM 400 Cibubur (Sabtu, 14/12/2024).

Acara ini menghadirkan tiga pembicara inspiratif yang berbagi wawasan dan pengalaman mereka terkait pentingnya pengembangan kecerdasan sosial-emosional (Social-Emotional Learning/SEL) dalam mendukung pertumbuhan holistik anak.

Pembicara pertama, Redha Bhawika Putra, seorang alumni Sekolah Bakti Mulya 400 yang kini sukses sebagai pemimpin muda, membawakan topik “Empathy and Leadership: A Foundation for Success”. Dalam sesinya, Redha menekankan bahwa empati adalah kunci untuk memahami orang lain dan membangun hubungan yang kuat, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.

“Empati bukan hanya kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, tetapi juga sebuah keterampilan yang memungkinkan kita memimpin dengan hati. Saya percaya bahwa kepemimpinan yang berlandaskan empati adalah fondasi dari kesuksesan yang berkelanjutan,” ungkap Redha.

Pembicara kedua, Verti Tri Wahyuni, seorang mom influencer yang dikenal dengan konten edukatifnya tentang pengasuhan modern, mengangkat topik “Social-Emotional Learning: The Cornerstone of Modern Parenting”. Verti menyoroti bahwa pembelajaran sosial-emosional bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga harus menjadi bagian integral dari pengasuhan di rumah.

Dalam paparannya, Verti menekankan bahwa kemampuan sosial-emosional seperti pengelolaan emosi, empati, dan kemampuan berkomunikasi harus ditanamkan sejak dini untuk membentuk anak-anak yang tangguh dan mampu menghadapi tantangan di masa depan.

“Sebagai orang tua, kita harus menjadi teladan dalam mengelola emosi kita sendiri. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Dengan mengintegrasikan SEL ke dalam pola asuh sehari-hari, kita dapat membantu anak-anak menjadi individu yang percaya diri, peduli, dan penuh tanggung jawab,” kata Verti.

Pembicara ketiga, Elias Yazwania Azhar, seorang orang tua siswa Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur, membagikan perspektifnya melalui topik “Collaborating for a Child’s Holistic Growth: A Parent’s Perspective”. Dalam sesinya, Elias menyoroti pentingnya komunikasi yang efektif antara orang tua dan guru, serta bagaimana dukungan lingkungan rumah dan sekolah dapat menciptakan keseimbangan yang ideal untuk perkembangan anak.

“Kami, sebagai orang tua, adalah mitra utama sekolah dalam membimbing anak-anak. Dengan kerjasama yang erat, kita dapat membantu anak-anak tidak hanya sukses secara akademik tetapi juga berkembang sebagai individu yang memiliki karakter kuat,” ujar Elias.

Antusiasme Peserta
Talk show ini mendapat sambutan hangat dari para peserta yang terdiri dari orang tua siswa, guru, dan masyarakat umum. Dalam sesi tanya jawab, para peserta antusias mengajukan pertanyaan dan berbagi pengalaman terkait tantangan yang mereka hadapi dalam mendidik anak-anak di era modern ini.

Baca juga : TOPPING OFF GEDUNG SEKOLAH BM 400 CIBUBUR: KOMITMEN PADA PENDIDIKAN BERKUALITAS

Dengan adanya acara seperti ini, Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur berharap dapat terus menjadi pelopor dalam mengintegrasikan social-emotional learning ke dalam sistem pendidikan dan pola asuh. Talk show ini juga menjadi bagian dari upaya sekolah untuk menciptakan komunitas yang peduli, inklusif, dan berorientasi pada pembentukan karakter.

“Kami berkomitmen untuk terus menghadirkan program-program edukatif yang mendukung pertumbuhan siswa secara holistik. Social-emotional learning adalah salah satu kunci untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga memiliki empati dan kemampuan sosial yang tinggi,” tutup Hana Triana.

Dengan suksesnya acara ini, Sekolah Bakti Mulya 400 Cibubur terus menegaskan posisinya sebagai institusi pendidikan unggulan yang mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global tanpa melupakan pentingnya nilai-nilai lokal dan sosial-emosional.