SEKOLAH BM 400 RAIH PENGHARGAAN SEKOLAH HIJAU, BERSIH, KREATIF DAN BERPRESTASI

Jakarta – Semua unit Sekolah Bakti Mulya 400 (BM 400) meraih penghargaan sebagai Sekolah Bersih, Hijau, Kreatif dan Berprestasi dari Suku Dinas Pendidikan I Jakarta Selatan. Penghargaan tersebut disampaikan pada Rabu, 30 Maret 2022 bertempat di SDN Pondok Pinang 10 Jakarta Selatan.

Penyerahan penghargaan dilakukan langsung oleh Kepala Suku Dinas Pendidikan I Jakarta Selatan, Joko Sugiarto, M.Pd. Untuk KB-TK dan SD BM 400 yang berlokasi di Pondok Indah, penghargaan tersebut diserahkan kepada Drs. Hasanudin, M.Pd. Manager Program Reguler Sekolah BM 400.

Sedangkan untuk SMP dan SMA BM 400 yang berlokasi di Lebak Bulus, penghargaan diserahkan kepada Hadi Suwarno, M.Pd.,Kepala Divisi Pendidikan BM 400.

Dari Sekolah BM 400 juga turut hadir Diana, S.Pd, Kepala SMA BM 400 dan Pramita Cucu Mawarni, Wakil Kepala SMP BM 400.

Penyerahan Penghargaan oleh Kasudin I Jakarta Selatan, Joko Sugiarto, M.Pd. kepada Drs. Hasanudin, M.Pd. Manager Program Reguler Sekolah BM 400
Penyerahan Penghargaan oleh Kasudin I Jakarta Selatan, Joko Sugiarto, M.Pd. kepada Hadi Suwarno, M.Pd., Kadiv Pendidikan BM 400 (30/3/22)

Kegiatan yang berlangsung khidmad dihadiri oleh jajaran pimpinan Suku Dinas Pendidikan Jakarta Selatan dan para pengawas sekolah.

Hadir pada pada kegiatan tersebut peserta lain yang mendapatkan penghargaan serupa tidak lebih 30 lembaga dari unsur pimpinan yayasan pendidikan dan kepala TK, SD, SMP, SMA dan SMK di Wilayah Suku Dinas Pendidikan I Jakarta Selatan.

Sebagaimana diketahui Suku Dinas Pendidikan I Jakarta Selatan terdiri dari Kecamatan Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Lama, dan Pesanggrahan yang memiliki lebih 597 sekolah. Dari data Sekolah SD sampai SMA terdapat 293 SD negeri dan swasta, 158 SMP negeri dan swasta, 71 SMA negeri dan swasta, serta 75 SMK negeri dan swasta.

Dalam pengarahannya, Joko Sugiarto menyampaikan bahwa pemberian pengharaan tersebut merupakan sarana untuk mendorong agar pengelolaan sekolah harus berkelas dan berkualitas.

Adapun terhadap yayasan dan sekolah yang diberi penghargaan dianggap sebagai lembaga yang mampu meningkatkan kualitas layanan di tengah pandemi.

Oleh karena itu Joko Sugiarto menegaskan agar sekolah: “Melakukan terobosan untuk memecahkan masalah, jangan hanya menjadi penonton. Karena tidak ada masalah yang tidak bisa dipecahkan”, tegasnya.

Menanggapi penghargaan yang diberikan oleh Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta Selatan tersebut, Hadi Suwarno menyampaikan bahwa “sekolah hijau dan bersih merupakan bagian dari sistem pemeliharaan lingkungan sekolah BM 400, lebih lanjut untuk menjadi sekolah kreatif dan berprestasi diperlukan usaha lebih yang perlu dilakukan oleh semua elemen pendidikan”.

Baca juga : Sekolah BM 400 Terapkan Project Based Learning untuk Eksplorasi Kemampuan Siswa

“Untungnya di Sekolah BM 400 semua elemen yang terdiri dari pimpinan, guru, karyawan, orang tua dan siswa, semua memiliki kontribusi positif untuk menjalankan budaya mutu” tandasnya.

Hadi Suwarno berharap agar prestasi yang diraih Sekolah BM 400 ini menjadi pendorong untuk terus melakukan layanan terbaik bagi peserta didik pada masa sekarang maupun masa mendatang.

Sekolah BM 400 Terapkan Project Based Learning untuk Eksplorasi Kemampuan Siswa

Manager Bidang Kesiswaan Sekolah Bakti Mulya 400, Drs  Ajibandi.

JAKARTA – Sekolah Bakti Mulya 400 (BM 400) kembali menyelenggarakan student talkshow pada Selasa (29/3) dengan mengusung tema “Explore Your Ability Through Project Based Learning.”

Sekolah BM 400 sendiri sudah menerapkan metode project based learning (pembelajaran berbasis proyek) yang bertujuan untuk mengeksplorasi kemampuan siswa serta memperkokoh kompetensi lulusan BM 400.

Drs Ajibandi selaku Manager Bidang Kesiswaan Sekolah BM 400, dalam sambutannya mengatakan jika kolaborasi dan kerja sama menjadi salah modal kesuksesan di masa mendatang. Oleh karena itu, Sekolah BM 400 selalu berupaya untuk mengadakan kegiatan yang bersifat kolaboratif.

“Kalian akan dihadapkan pada tantangan dunia, yaitu kemampuan untuk berkolaborasi dan bekerjasama sebagai kunci  kesuksesan pemimpin masa mendatang,” tuturnya.

“Sekolah Bakti Mulya 400 membekali siswa agar siap mengadakan kegiatan kolaborasi antar siswa dari seluruh jenjang pendidikan bahkan dengan lembaga di dalam dan luar negeri,” sambung Drs. Ajibandi.

Kali ini, student talkshow BM 400 menghadirkan siswa-siswi berprestasi dari SD BM 400 yaitu Zahira Syafa Zaky, Freya Salsabylla Safara, dan Rafa Ashraf Deandra (kelas 4) dan Celina Alejandra Miguel serta Shea Sadeeya Sasmaya (kelas 6) untuk berperan sebagai pengisi acara.

Dipandu oleh pembawa acara dan moderator dari Sekolah Menengah Atas (SMA) BM 400, Adinda Namira dan Say Qanaah, sesi pertama Student Talkshow kali ini membahas pengalaman para siswi SD BM 400 dalam mengerjakan proyek untuk lomba story telling yang diadakan Sekolah BM 400.

Zahira Syafa Zaky atau akrab disapa Syafa dari kelas 4D menuturkan persiapannya dalam mengikuti lomba story telling, dimulai dari membaca dan menghafal naskah serta menyiapkan properti lomba.

“Persiapan pertama saya adalah membaca naskah hingga saya bisa mengingat naskah tersebut di luar kepala,” jelas Syafa.

“Lalu saya membuat properti seperti pig mask dan wolf mask hingga pada akhirnya saya membawakan cerita three little pigs,” sambungnya.

Sejalan dengan Syafa, Celina dari kelas 6E Cambridge juga turut membagikan pengalaman dan persiapan dirinya dalam mengikuti lomba story telling.

“Untuk story telling, saya membaca naskahnya berulang kali hingga saya menghafalnya. Setelah itu saya membuat properti dan menyiapkan kostumnya,” ungkap Celina.

Rafa Ashraf Deandra, siswa kelas 4 SD BM 400 menjadi pengisi acara Student Talkshow BM 400 yang diadakan pada Selasa (29/3).

Kemudian, pada sesi 2 student talkshow, Rafa dari kelas 4C mengungkapkan jika metode project based learning sangat membantu dirinya dalam meningkatkan keterampilan.

Project Based Learning benar-benar meningkatkan keterampilan saya, terutama dalam berbicara, berkreasi, dan berkreativitas,” ungkapnya.

Selain itu, Rafa juga turut menjelaskan proyek berbasis pembelajaran berupa pembuatan diorama “proyek rumah sehat” yang pernah dikerjakannya saat duduk di bangku kelas 4 SD BM 400.

Proyek berbasis pembelajaran tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menggabungkan beberapa subyek mata pelajaran seperti Agama Islam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.

Baca juga : Hikmah Perjalanan Agung

Rafa mengaku bahwa butuh waktu dua minggu lebih bagi dirinya untuk menyelesaikan proyek rumah sehat tersebut hingga selesai.

“Saya butuh waktu dua minggu lebih untuk menyelesaikan (proyek) melalui petunjuk dan instruksi yang sudah diberikan oleh guru sebelumnya,” pungkasnya.

Rafa melanjutkan, ada beberapa kendala pada saat dirinya mengerjakan proyek berbasis pembelajaran yang ditugaskan, salah satu kendala utama adalah pada penulisan naskah.

“Proyek saya yaitu membuat sebuah diorama tentang lingkungan sehat. Kendala saat mengerjakan proyek adalah pada saat penulisan naskah,” jelasnya.

“Namun, kakak dan Ibu saya membantu memberikan ide-ide pada saat pembuatan naskah,” tutupnya.